RSS

Kendalikan Emosi Anak Gemuk dengan Olahraga

0 komentar
Olahraga pada anak yang kelebihan berat badan membuatnya bugar sekaligus bisa mengontrol emosi lebih baik.

Jika tubuh anak Anda kelebihan berat badan, ada baiknya Anda mengajaknya berolahraga. Manfaaatnya tak hanya untuk membuatnya lebih fit namun juga mengurangi sikap agresif.Demikian diungkap sebuah penelitian.

Hal itu dapat membantu anak-anak mengontrol amarah. Alasannya, suasana hati anak lebih baik sehingga mereka tidak marah sebagaimana biasanya. Hal itu juga bisa jadi aspek dari kontrol diri.

Hingga saat ini memang tidak ada bukti, anak-anak yang kelebihan berat badan lebih agresif daripada anak dengan berat normal. Mereka lebih sering jadi korban tindakan pelecehan atau kekerasan (bullying) diantara teman-temannya.

Mengajaknya berolahraga dapat membantu anak untuk memperbaiki suasana hati dan mengurangi rasa permusuhan saat dewasa.

Anak-anak yang berada dalam kelompok berolahraga, memiliki nilai yang rendah dalam amarah dan ekspresi marah pada skala ekspresi amarah dari dokter anak, setelah mereka menyelesaikan program. Sementara itu, angka tidak berubah pada anak yang berada pada grup pertama.

Olahraga juga meningkatkan kebugaran. Waktu yagn bisa dilakukan anak-anak grup olahraga di treadmill meningkat dari rata-rata 485 detik ke 551 detik. Sementara grup tidak berolahraga, tetap pada kemampuan semula.

Kesimpulannya, semakin bugar tubuh seorang anak maka semakin besar kemampuannya untuk menekan amarah. Selain itu, lebih sedikit menonton kekerasan di televisi bisa jadi menjadi beberpa faktor yang juga berpengaruh. Hal tersebut menjelaskan, kelompok anak-anak yang berolahraga menunjukkan ekspresi amarah yang lebih sedikit.

Jadi, anak yang kelebian berat badan yang berolahraga teratur dapat meningkatkan kemampuan kognitif, yang pada akhirnya, meningkatkan kemampuan untuk mengontrol amarah lebih baik.

Memperkenalkan Puasa Sejak Dini

0 komentar
Sebenarnya anak sudah bisa diperkenalkan dengan berbagai kegiatan agama termasuk berpuasa sejak usia batita (bawah tiga tahun). Perkenalan terhadap kegiatan puasa mulai dari kesiapan, pemahaman hingga memahami rutinitas.

Kemudian, ketika menginjak usia empat tahun, anak sudah mulai bisa diajarkan berpuasa dalam arti menahan lapar dan haus untuk waktu beberapa jam. Umumnya, pada anak usia lima tahun sudah mampu berpuasa hingga siang hari.

Hal tersebut bertujuan untuk mengajarkan anak mengenai pemaknaan puasa tahap awal. Sehingga ketika anak menginjak usia sekolah dasar (SD), sudah bisa memperdalam pemaknaan puasa. Mereka juga sudah bisa diharapkan berpuasa sehari penuh.



Selain itu, anak usia SD juga sudah bisa diberi pengertian mengenai makna berpuasa dari aspek sosial. Misalnya, puasa menumbuhkan empati. Agar seseorang mengetahui bagaimana keadaan orang lain yang kurang beruntung tidak dapat makan.

Tips Mengenalkan Rutinitas Berpuasa

  • Perkenalkan kepada anak kegiatan beragama, termasuk berpuasa, sejak usia dini. Usia batita dianggap paling pas membiasakan anak dengan kesiapan, pemahaman sederhana dan rutinintas puasa.
  • Berikan pemahaman sederhana yang dapat dikonkritkan sementara anak masih berusia balita. Sesuaikan dengan pemikiran anak yang masih sulit mengembangkan sesuatu yang bersifat konseptual.
  • Jangan memberatkan anak dengan memberlakukan puasa diatas kemampuannya. Jeli dalam melihat kemampuan dan kondisi anak. Jika anak baru mampu berpuasa sekitar 2-3 jam, biarkan untuk beberapa waktu. Secara perlahan, tambah waktu anak berpuasa.
  • Berikan anak penghargaan ketika dia mampu berpuasa. Penghargaan tidak selalu berbentuk materi, pujian juga dapat memacu anak untuk selalu meningkatkan kemampuannya.
  • Senantiasa lakukan pendekatan persuasif terhadap anak disertai pemahaman dan kontrol yang disesuaikan dengan usia. Selamat menunaikan ibadah puasa bersama keluarga.

Cerdik Batasi Anak Nonton Televisi

0 komentar
20080812120523Televisi seakan menjadi media hiburan yang tidak dapat dipisahkan dari anak-anak. Beragamnya tayangan audio visual tersebut seakan menjadi salah satu magnet yang bisa membuat anak dapat duduk tenang.

Padahal, tidak semua tayangan tersebut dapat digolongkan baik untuk si kecil. Apalagi jika dilakukan secara berlebihan.

Pendampingan adalah hal yang harus diperhatikan orangtua. Anak menonton televisi boleh, tetapi harus didampingi orangtua.

Orangtua dapat menjelaskan hal-hal yang dilihat oleh anak. Juga menjelaskan jika ada hal negatif yang dilakukan karakter yang ditonton.

Selain memperhatikan isi acara dan pendampingan saat menonton televisi, yang patut diperhatikan orangtua ialah waktu anak untuk menonton televisi. Beberapa acara televisi yang khusus diperuntukkan bagi balita dan anak tetap saja harus dibatasi.

Jika anak sehari-hari didampingi oleh pengasuh, maka orangtua sebaiknya mendidik pengasuh dengan memberi pengetahuan mengenai berbagai macam ide permainan. Biarkan anak berinteraksi dengan cara bermain dibandingkan menonton televisi seharian.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan orangtua agar anak terhindar dari keranjingan televisi secara berlebihan, yaitu:

  • Usahakan tidak meletakkan televisi di kamar, terutama kamar anak, karena akan membuat anak terbiasa dengan kehadiran televisi, bahkan hingga untuk menemani tidur.
  • Jika ingin membatasi waktu menonton, usahakan seketat mungkin. Untuk anak di bawah tiga tahun, maksimal waktu menonton adalah setengah jam sehari dengan sepuluh menit per sesi.
  • Orangtua sebaiknya menemani anak menonton dan memilihkan saluran yang tepat meski itu sulit ditemui. Pada saat iklan, orangtua juga wajib menjelaskan.
  • Televisi bukan alat pengganti pengasuh. Jadi, jika anak sedang rewel dan menangis, sebaiknya jangan dihibur dengan televisi. Cari kegiatan lain yang lebih bermanfaat.
  • Anak agar tidak diberi tontonan yang agresif, yang memicu anak mencontoh. Untuk anak di bawah lima tahun, tontonan agresif seperti kartun Tom and Jerry. Misalnya, tidak dianjurkan. Selain belum menangkap humornya dengan tepat, anak akan dengan mudah meniru adegan pukul-pukulan di dalamnya.

Anak Cerdas

1 komentar

Dr. Howard Gardner dari Univ. Harvard mendefinisikan kecerdasan sebagai: ”kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya.”

Dari definisi di atas, maka kita tahu bahwa anak yang memiliki skor IQ sedang bahkan rendah, belum tentu ia tidak cerdas. Skor IQ didapat anak melalui serangkaian test tertentu buatan manusia, yang tentu saja tidak mewakili kompleksnya masalah dalam kehidupan. Anak yang memiliki IQ tinggi belum tentu ia pintar menyelesaikan masalah-masalah lain dalam hidupnya.

Gardner menyatakan bahwa psikologi dan pendidikan telah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mempelajari kecerdasan di dalam ruang kelas, dan bahwa kedua pilihan ilmu itu seharusnya lebih banyak melihat kedalam dunia nyata untuk mencari contoh-contoh cara manusia memecahkan masalah dan menciptakan berbagai produk yang penting bagi perkembangan budaya.

Sebagai contoh, seorang anak yang sedang bermain pasir untuk membentuk suatu pola tertentu (bangunan, misalnya) atau seorang anak yang sedang menyelesaikan gambar dan mewarnainya adalah contoh yang lebih baik untuk menumbuhkan kecerdasan pada anak dibandingkan serangkaian test bentuk apapun.

Nah ... jika kita sebagai orang tua hanya berpatokan pada rangking di sekolah untuk menentukan cerdas tidaknya anak, maka rasanya tidak adil bagi anak tersebut. Pelajaran sekolah hanyalah segelintir saja masalah dalam hidupnya. Sementra masalah-masalah lain dalam kehidupan sangatlah luas cakupannya. Anak boleh saja tidak be-rangking di sekolah, namun bukan berarti ia tidak cerdas. Ia boleh jadi berprestasi di tempat lain, misalnya menjadi juara sebuah perlombaan di bidang tertentu. Apakah anda akan mengatakan bahwa anak tersebut tidak cerdas? Tentu saja tidak.

Dan sekolahpun relatif dalam menentukan rangking siswanya. Demikian juga anak anda, tidak mendapatkan rangking nungkin dipengaruhi banyak faktor, misalnya: malam ujian tidak belajar, tidak menyukai sekolah atau tenaga pengajarnya, dan lain-lain.

Jadi, rangking atau peringkat sudah bukan lagi menjadi tolok ukur yang tepat untuk menentukan cerdas tidaknya anak. Bagaimana dengan IQ?? Apakah cerdas berarti memiliki IQ yang tinggi??

Tunggu aja deh lanjutannya ..... J

Selamat utang tahun..... maheza

0 komentar

Selamat ulang tahun, nak!
semoga kamu selalu dalam lindungan Allah SWT, sehat selalu, tambah pintar bdan cerdas. dan kelak bisa menjadi 'orang' yang berguna bukan hanya bagi kamu sendiri, tp juga untuk negara ini yang sedang "merana" akibat salah memilih pimpinan.

maaf, ayah ga bisa memberi kamu pa-pa. karena memang ayah lagi boke'.....hehehehe

HAPPY B'DAY, SON!!!
0 komentar
Maheza dengan ban renangnya

maheza jalan2 ma teman2nya ke kolam renang "jungle" yang katanya sih bagus. Kolam renang ini milik raja properti Nirwan Bakrie. Tapi, pas sampe di sana, alamaaaakkkk.....penuuuhhh banget, dah gitu banyak yang belom jadi. tp, karena dah tanggung kesana, mo ga mo tetap aja maheza berenang, namanya juga anak-anak. yang pusing sih gw, yang harus jagain maheza agar tidak 'hilang' hehehe....

niatnya mo refreshing, malah pussssiiiing...!!!


"Bintangku Kecilku" sudah nongol ...

0 komentar
Maheza, My Litte Star of Life ..........

10 Juni 2003, jam 11 malam lewat dikit, istriku sudah merasa mulas-mulas. Lalu, bersama dengan kakak ipar, aku bawa istriku ke rumah sakit "St. Carolus". Akhirnya, saat yang aku nanti-nantikan akan tiba. Aku akan kedatangan 'tamu kecil' di rumah. Aku tunggu dengan hati yang berdebar-debar, kapan 'bintang kecil' ku itu akan nongol. Tunggu punya tunggu, ternyata belum juga nongol 'calon jagoan' ku.

Waktu terus berlalu......dari jam 12 malam sampe' jam 3 sore belum juga lahiran, tapi aku masih tetap sabar sambil berdo'a semoga semuanya lancar-lancar aja dan diberi kemudahan oleh Allah untuk istriku.

oooeeee......ooooeeeee....... akhirnya aku mendengar suara 'bintang kecil' ku menangis. Itu tandanya dia sudah lahir. Terima kasih ya Allah atas anugerah yang Kau berikan pada kami. Walaupun perlu dibantu dengan 'sedotan', tapi aku masih tetap bersyukur 'bintang kecil' ku sudah nongol.

Terima kasih ya Allah....terima kasih istriku. Engkau telah memberikanku 'jagoan kecil', seorang bayi laki-laki yang tampan dan sehat.

Bayi itu kini sudah sekolah TK A. MAHEZA RUSYAD HAKIM AMARULSYAH FAUZIE ... itulah nama "bintang kecil" ku.
© 2009 - Maheza's Blog | Design: Choen | Pagenav: Abu Farhan Top